Sabtu, 11 Desember 2010

SIAPA MENABUR ANGIN AKAN MENUAI BADAI

Est. 7:1-6, 9-10, 9:20-22; Mzm. 124; Yak. 5:13-20; Mark. 9:38-50

Pengantar           
          Dalam pepatah Jawa ada ungkapan 'ngundhuh wohing pakarti'. Pepatah Jawa tersebut diambil dari dunia pertanian, yang mana para petani telah belajar apa maknanya hasil pekerjaan mereka menabur benih tanaman. Apabila mereka menabur benih yang baik dan disertai oleh ketekunan atau kerja keras saat menanam, maka pastilah mereka akan menuai buah yang berkualitas tinggi. Sebaliknya jika mereka bertindak sembarangan dan tidak cermat memilih benih tanaman yang berkualitas serta tidak merawat dengan ketekunan maka pastilah hasilnya adalah kegagalan.
Demikian pula halnya dengan makna filosofi “Siapa yang menabur angin akan menuai badai”. Apabila seseorang sengaja menabur angin, dia tidak hanya sekedar menuai angin; tetapi dia juga akan menuai badai. Ungkapan “badai” jelas bukan sekedar kumpulan angin, tetapi menunjuk kepada suatu jenis angin yang berbahaya dan mematikan. Setiap badai akan menyebabkan berbagai kerusakan, penderitaan, kesedihan dan kematian.
Di Hos. 8:7, Allah berfirman: “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung;  dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya”.
Jangan menabur angin, nanti menuai badai!  Yakobus 5 juga menyatakan bahwa di dalam Tuhan semua ada solusinya. Jangan  mengumbar dosa, sebab hal itu menunjukkan bahwa kita tidak beriman dan tidak menghargai pengorbananNya. Hendaklah kita saling mengaku dosa dan saling mendoakan,  menempuh hidup benar sambil menolong yang jalannya sesat, hal itu sungguh menyukakan hati Tuhan. Lebih baik menabur benih-benih kebaikan sebab akan menuai sukacita sorgawi! Kita patut bersyukur sebab dalam hidup ini Tuhan sang pencipta memihak kita, dan selalu siap menolong kita (Mazmur 124).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar