Minggu, 12 Desember 2010

HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA DENGAN ALLAH
Roma 5: 1-11

Syalom Alaykhem!
Bapak/ibu tentu masih ingat peristiwa berdarah di Thailand yang dilakukan oleh kelompok kaos merah beberapa waktu lalu, atau fenomena ponari, amuk massa di jawa timur, aksi anarkis para supporter bola dan sebagainya. Pertanyaannya adalah… mengapa mereka melakukan semua itu? Salah satu alasan adalah mereka  tidak merasa damai. Ada ketidakpuasan, merasa diperlakukan secara tidak adil, merasa ditekan, marah, dan sebagainya. Karena itu, mereka “berjuang” untuk memperoleh damai.
Tema kita saat ini adalah hidup dalam damai sejahtera dengan Allah.
Bapak/Ibu, damai puniko punopo to? 
Apakah damai sejahtera itu? Syalom itu?. Apakah sama dengan kedua ilusterasi di atas?
Kata syalom (Ibr) adalah sama dengan kata eirene yang digunakan dalam PB, termasuk dalam kitab Roma yang kita baca baru saja. Kata eirene memiliki arti suatu keadaan tenang, tanpa huru hara atau perang, keharmonisan individu, keamanan, keselamatan dan kemakmuran. Suatu keadaan bahagia sejahtera lahir batin. Suatu keadaan tentrem rahayu.
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Mulane kito wus podho kabenerake awit soko pracoyo, kito podho urip kalawan rukun karo Gusti Allah margo dening Gusti kito, Gusti Yesus Kristus.
Melalui nats ini, secara sederhana, Rasul Paulus ingin mengatakan kepada kita “jangan takut dan jangan cemas atau kawatir sebab Yesus sudah memberi damai sejahtera kepada kita.
Kita adalah orang-orang yang sudah dibenarkan karena iman, sehingga kita hidup dalam damai sejahtera. Dalam ayat-ayat sebelumnya Paulus menggambarkan bagaimana iman Abraham diperhitungkan oleh Allah, sehingga Allah selalu menepati janjiNya kepada Abraham (4:20). Dan bukan hanya kepada Abraham, tetapi juga kepada kita, selaku orang-orang yang beriman ()4:23-25).
Saudaraku, melihat uraian Paulus dalam Roma 4-5, seharusnya kita dapat merasakan benar-benar syalom itu. Seharusnya syalom itu terpancar dalam setiap kehidupan kita. Namun, kalau kita melihat kenyataan hidup yang penuh liku-liku, masalah berat dan berbagai kesulitan, anak-anak yang susah diatur, suami/istri tidak perhatian, atasan marah-marah, sakit penyakit dan sebagainya, benarkah syalom itu sudah terpancar dalam kehidupan kita, dalam perilaku kita?
Kalau kita mau jujur, seringkali kita merasa tidak ada syalom tatkala kesulitan itu menimpa kita, seringkali kita justru menjadi frustasi, tertekan, marah dan sebagainya. Seperti peristiwa kaos merah, amuk massa di atas.
Saudaraku,
Hidup kekristenan bukan bertujuan untuk menyingkirkan persoalan. Allah dalam Yesus tidak pernah menjanjikan bahwa kita tidak akan ada masalah dan pergumulan.  Dengan kata lain, menjadi orang Kristen tetap memiliki persoalan yang harus kita selesaikan. Lalu apa bedanya dengan orang yang tidak percaya???? Bedanya adalah cara pandang kita terhadap persoalan itu. Persoalan boleh ada, pergumulan boleh menghimpit, tetapi kita memiliki Allah yang besar, jauh melebihi persoalan kita. Tujuan Yesus datang ke dunia, bukan dalam rangka menghilangkan masalah dan persoalan dan sakit penyakit, tujuan Ia datang adalah memulihkan hubungan baik antara manusia dengan Allah, hubungan yang dulu pernah terjalin antara manusia Adam dengan Allah, yang kemudian rusak oleh kuasa dosa. Ia datang untuk membangun kembali hubungan yang penuh syalom.
Jika demikian, maka syalom dalam versi Roma lebih mengarah kepada bagaimana setiap orang percaya menyikapi atau memandang dan memberlakukan syalom dalam kehidupan ini. Apakah bisa memberlakukan syalom di tengah hiruk pikuk dan persoalan yang banyak itu? Bisa! Kenapa tidak? Bukankah Allah yang kita sembah dan kita imani itu telah memberikan syalom itu kepada kita? Kowe podho ndak tinggali tentrem rahayu. Tentrem rahayuKu ndak wenehake marang kowe, lan opo kang ndak wenehake iku ora koyo pawewehe jagad marang kowe. Atimu ojo melang-melang lan ojo giris. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Yoh 14:27.
Ia tidak sekedar berjanji. Ia telah melakukan bagianNya dengan sempurna.
Saudaraku,
Yesus yang kita imani itu luar biasa. Ia tidak sekedar  guru selamat melainkan Juruselamat. Ia tidak sekedar berteori soal perdamaian tetapi Ia sendiri melakukan Pendamaian. Hanya iman Kristen yang mengajarkan bahwa Allah melakukan pendamaian dan bukan sekedar bicara soal perdamaian. Apa bedanya antara pendamaian dengan perdamaian? Pendamaian lebih bersifat aktif; tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengupayakan damai. Yesus sudah melakukan tindakan itu yakni mati disalib sebagai korban tebusan dosa (8). Perdamaian hanya salah satu dampak dari pendamaian.
Saudaraku,
Pengorbanan Yesus berbeda dengan pegorbanan orang-orang tertentu yang hanya berkorban demi orang baik (pada ayat 7 dikatakan: …….). bapak/ibu tentu pernah mendengar istilah hara-kiri yaitu mengorbankan diri sendiri karena merasa malu). Setelah peristiwa jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki, banyak petinggi militer Jepang melakukan Harakiri, mengapa? Malu kalah perang.
Yesus yang kita sembah juga mengorbankan diri, tetapi bukan karena alas an malu, melainkan karena cintaNya kepada kita. Jadi pengorbanan Yesus bukanlah pengorbanan seorang pecundang atau pengecut melainkan pengorbanan seorang patriot sejati, pahlawan sejati, juruselamat sejati. Oki, kita seharusnya bangga dan bersyukur punya Allah seperti Dia (seperti lagu sungguhku bangga Bapa). Rasa bangga dan syukur inilah yang akan memampukan kita untuk bisa menjalani hidup dengan damai sejahtera.
Karya Yesus bahkan tidak hanya sampai disitu, disalib, mati titik. Tidak! Ia bangkit dan hidup. Dan lebih hebat lagi, Ia mengutus penolong yang lain yaitu RK yang diam di dalam kita. Jadi saudara, Allah yang sumber damai sejahtera/syalom itu sekarang diam di dalam kita, menyertai kita sampai akhir jaman. Jadi sudah seharusnya kita pun bisa memberlakukan syalom itu dalam kehidupan kita. Kuncinya Cuma satu, yaitu IMAN kepada Yesus
Melalui iman kepada Yesus, kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Bukan Cuma itu, kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.                     Sekali lagi, kuncinya adalah iman.
Apa iman itu?
Ibrani 11 mengatakan Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman adalah kemampuan seseorang untuk menggantungkan sepenuhnya seluruh kehidupannya kepada yang diimani (Allah). Pasrah sumarah wonten ing ngarsanipun Allah. Walaupun secara manusiawi, ia tidak tahu pasti akan masa depannya, akan apa yang akan terjadi, namun secara rohani ia bisa yakin bahwa di depan ada Tuhan yang menyertai dalam segala keadaan. Orang-orang semacam ini, biasanya adalah orang yang  dapat memancarkan syalom dalam kehidupannya, dalam relasinya dengan sesama meskipun badai persoalan datang menimpanya.
            Memang damai sejahtera adalah anugerah Allah, namun di sisi lain, damai sejahtera  tetap harus kita jaga dan upayakan supaya tidak hilang. Masalah, perbedaan pendapat kadang membuat seseorang kehilangan damai sejahtera, bahkan tidak sedikit yang memunculkan konflik, baik antar pribadi maupun kelompok.  Bahkan Gereja, yang seharusnya menjadi saksi dan agen yang mendatangkan damai sejahtera pun kadang justru terjebak dalam konflik di dalamnya (semoga di sini tidak ada). Nah….. dalam kondisi semacam ini, damai sejahtera itu harus diupayakan tetap ada dan terpelihara. Keterbukaan masing-masing  pihak yang konflik mutlak dibutuhkan, kesediaan untuk saling memaafkan, saling mengingatkan, saling introspeksi diri sangat diperlukan. Dan terlebih dari semua itu, memohon pimpinan Tuhan dalam menyelesaikan persoalan itu mutlak adanya.
Masalah boleh ada dalam kehidupan kita, tetapi ingatlah:
1.     Ingatlah bahwa masalah Anda tidak dimunculkan oleh Allah secara tiba-tiba. Ingatlah bahwa Dia mengendalikan segala sesuatu.
2.     Percayalah bahwa Allah menyediakan jalan keluar, pemeliharaan, atau hikmat untuk mengatasi kesulitan Anda.
3.     Berdoalah, teguhkan iman Anda kepada Allah dan tunjukkan bahwa Anda mempercayai rencana-Nya yang penuh kasih bagi Anda.
4.     Nantikanlah sambil berharap dan bersiap sedia, percayalah bahwa Allah akan menjalankan kehendak-Nya yang sempurna.
5.     Mengucap syukurlah pada-Nya--bahkan sebelum Dia bertindak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar