Minggu, 12 Desember 2010

HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA DENGAN ALLAH
Roma 5: 1-11

Syalom Alaykhem!
Bapak/ibu tentu masih ingat peristiwa berdarah di Thailand yang dilakukan oleh kelompok kaos merah beberapa waktu lalu, atau fenomena ponari, amuk massa di jawa timur, aksi anarkis para supporter bola dan sebagainya. Pertanyaannya adalah… mengapa mereka melakukan semua itu? Salah satu alasan adalah mereka  tidak merasa damai. Ada ketidakpuasan, merasa diperlakukan secara tidak adil, merasa ditekan, marah, dan sebagainya. Karena itu, mereka “berjuang” untuk memperoleh damai.
Tema kita saat ini adalah hidup dalam damai sejahtera dengan Allah.
Bapak/Ibu, damai puniko punopo to? 
Apakah damai sejahtera itu? Syalom itu?. Apakah sama dengan kedua ilusterasi di atas?
Kata syalom (Ibr) adalah sama dengan kata eirene yang digunakan dalam PB, termasuk dalam kitab Roma yang kita baca baru saja. Kata eirene memiliki arti suatu keadaan tenang, tanpa huru hara atau perang, keharmonisan individu, keamanan, keselamatan dan kemakmuran. Suatu keadaan bahagia sejahtera lahir batin. Suatu keadaan tentrem rahayu.
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Mulane kito wus podho kabenerake awit soko pracoyo, kito podho urip kalawan rukun karo Gusti Allah margo dening Gusti kito, Gusti Yesus Kristus.
Melalui nats ini, secara sederhana, Rasul Paulus ingin mengatakan kepada kita “jangan takut dan jangan cemas atau kawatir sebab Yesus sudah memberi damai sejahtera kepada kita.
Kita adalah orang-orang yang sudah dibenarkan karena iman, sehingga kita hidup dalam damai sejahtera. Dalam ayat-ayat sebelumnya Paulus menggambarkan bagaimana iman Abraham diperhitungkan oleh Allah, sehingga Allah selalu menepati janjiNya kepada Abraham (4:20). Dan bukan hanya kepada Abraham, tetapi juga kepada kita, selaku orang-orang yang beriman ()4:23-25).
Saudaraku, melihat uraian Paulus dalam Roma 4-5, seharusnya kita dapat merasakan benar-benar syalom itu. Seharusnya syalom itu terpancar dalam setiap kehidupan kita. Namun, kalau kita melihat kenyataan hidup yang penuh liku-liku, masalah berat dan berbagai kesulitan, anak-anak yang susah diatur, suami/istri tidak perhatian, atasan marah-marah, sakit penyakit dan sebagainya, benarkah syalom itu sudah terpancar dalam kehidupan kita, dalam perilaku kita?
Kalau kita mau jujur, seringkali kita merasa tidak ada syalom tatkala kesulitan itu menimpa kita, seringkali kita justru menjadi frustasi, tertekan, marah dan sebagainya. Seperti peristiwa kaos merah, amuk massa di atas.
Saudaraku,
Hidup kekristenan bukan bertujuan untuk menyingkirkan persoalan. Allah dalam Yesus tidak pernah menjanjikan bahwa kita tidak akan ada masalah dan pergumulan.  Dengan kata lain, menjadi orang Kristen tetap memiliki persoalan yang harus kita selesaikan. Lalu apa bedanya dengan orang yang tidak percaya???? Bedanya adalah cara pandang kita terhadap persoalan itu. Persoalan boleh ada, pergumulan boleh menghimpit, tetapi kita memiliki Allah yang besar, jauh melebihi persoalan kita. Tujuan Yesus datang ke dunia, bukan dalam rangka menghilangkan masalah dan persoalan dan sakit penyakit, tujuan Ia datang adalah memulihkan hubungan baik antara manusia dengan Allah, hubungan yang dulu pernah terjalin antara manusia Adam dengan Allah, yang kemudian rusak oleh kuasa dosa. Ia datang untuk membangun kembali hubungan yang penuh syalom.
Jika demikian, maka syalom dalam versi Roma lebih mengarah kepada bagaimana setiap orang percaya menyikapi atau memandang dan memberlakukan syalom dalam kehidupan ini. Apakah bisa memberlakukan syalom di tengah hiruk pikuk dan persoalan yang banyak itu? Bisa! Kenapa tidak? Bukankah Allah yang kita sembah dan kita imani itu telah memberikan syalom itu kepada kita? Kowe podho ndak tinggali tentrem rahayu. Tentrem rahayuKu ndak wenehake marang kowe, lan opo kang ndak wenehake iku ora koyo pawewehe jagad marang kowe. Atimu ojo melang-melang lan ojo giris. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Yoh 14:27.
Ia tidak sekedar berjanji. Ia telah melakukan bagianNya dengan sempurna.
Saudaraku,
Yesus yang kita imani itu luar biasa. Ia tidak sekedar  guru selamat melainkan Juruselamat. Ia tidak sekedar berteori soal perdamaian tetapi Ia sendiri melakukan Pendamaian. Hanya iman Kristen yang mengajarkan bahwa Allah melakukan pendamaian dan bukan sekedar bicara soal perdamaian. Apa bedanya antara pendamaian dengan perdamaian? Pendamaian lebih bersifat aktif; tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengupayakan damai. Yesus sudah melakukan tindakan itu yakni mati disalib sebagai korban tebusan dosa (8). Perdamaian hanya salah satu dampak dari pendamaian.
Saudaraku,
Pengorbanan Yesus berbeda dengan pegorbanan orang-orang tertentu yang hanya berkorban demi orang baik (pada ayat 7 dikatakan: …….). bapak/ibu tentu pernah mendengar istilah hara-kiri yaitu mengorbankan diri sendiri karena merasa malu). Setelah peristiwa jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki, banyak petinggi militer Jepang melakukan Harakiri, mengapa? Malu kalah perang.
Yesus yang kita sembah juga mengorbankan diri, tetapi bukan karena alas an malu, melainkan karena cintaNya kepada kita. Jadi pengorbanan Yesus bukanlah pengorbanan seorang pecundang atau pengecut melainkan pengorbanan seorang patriot sejati, pahlawan sejati, juruselamat sejati. Oki, kita seharusnya bangga dan bersyukur punya Allah seperti Dia (seperti lagu sungguhku bangga Bapa). Rasa bangga dan syukur inilah yang akan memampukan kita untuk bisa menjalani hidup dengan damai sejahtera.
Karya Yesus bahkan tidak hanya sampai disitu, disalib, mati titik. Tidak! Ia bangkit dan hidup. Dan lebih hebat lagi, Ia mengutus penolong yang lain yaitu RK yang diam di dalam kita. Jadi saudara, Allah yang sumber damai sejahtera/syalom itu sekarang diam di dalam kita, menyertai kita sampai akhir jaman. Jadi sudah seharusnya kita pun bisa memberlakukan syalom itu dalam kehidupan kita. Kuncinya Cuma satu, yaitu IMAN kepada Yesus
Melalui iman kepada Yesus, kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Bukan Cuma itu, kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.                     Sekali lagi, kuncinya adalah iman.
Apa iman itu?
Ibrani 11 mengatakan Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman adalah kemampuan seseorang untuk menggantungkan sepenuhnya seluruh kehidupannya kepada yang diimani (Allah). Pasrah sumarah wonten ing ngarsanipun Allah. Walaupun secara manusiawi, ia tidak tahu pasti akan masa depannya, akan apa yang akan terjadi, namun secara rohani ia bisa yakin bahwa di depan ada Tuhan yang menyertai dalam segala keadaan. Orang-orang semacam ini, biasanya adalah orang yang  dapat memancarkan syalom dalam kehidupannya, dalam relasinya dengan sesama meskipun badai persoalan datang menimpanya.
            Memang damai sejahtera adalah anugerah Allah, namun di sisi lain, damai sejahtera  tetap harus kita jaga dan upayakan supaya tidak hilang. Masalah, perbedaan pendapat kadang membuat seseorang kehilangan damai sejahtera, bahkan tidak sedikit yang memunculkan konflik, baik antar pribadi maupun kelompok.  Bahkan Gereja, yang seharusnya menjadi saksi dan agen yang mendatangkan damai sejahtera pun kadang justru terjebak dalam konflik di dalamnya (semoga di sini tidak ada). Nah….. dalam kondisi semacam ini, damai sejahtera itu harus diupayakan tetap ada dan terpelihara. Keterbukaan masing-masing  pihak yang konflik mutlak dibutuhkan, kesediaan untuk saling memaafkan, saling mengingatkan, saling introspeksi diri sangat diperlukan. Dan terlebih dari semua itu, memohon pimpinan Tuhan dalam menyelesaikan persoalan itu mutlak adanya.
Masalah boleh ada dalam kehidupan kita, tetapi ingatlah:
1.     Ingatlah bahwa masalah Anda tidak dimunculkan oleh Allah secara tiba-tiba. Ingatlah bahwa Dia mengendalikan segala sesuatu.
2.     Percayalah bahwa Allah menyediakan jalan keluar, pemeliharaan, atau hikmat untuk mengatasi kesulitan Anda.
3.     Berdoalah, teguhkan iman Anda kepada Allah dan tunjukkan bahwa Anda mempercayai rencana-Nya yang penuh kasih bagi Anda.
4.     Nantikanlah sambil berharap dan bersiap sedia, percayalah bahwa Allah akan menjalankan kehendak-Nya yang sempurna.
5.     Mengucap syukurlah pada-Nya--bahkan sebelum Dia bertindak.



Sabtu, 11 Desember 2010

Yesus Vs Beelzebul
Markus 3 : 20 – 35 

Beelzebul adalah kepala roh jahat/setan. Ia memiliki kekuatan yang amat besar. Tidak ada satu kuasa pun yang mampu menandingi kekuatannya, kecuali kekuatan Roh Allah.
Oleh karena itu, setiap orang percaya perlu bersandar kepada kekuatan Roh Allah , agar ia bisa melawan kuasa jahat Beelzebul.
Pada masa ini, Beelzebul tidak hanya sekedar nampak pada peristiwa kerasukan atau sejenisnya. Namun lebih kepada kuasa-kuasa jahat yang modern (Beelzebul modern). Orang yang kerasukan Beelzebul modern, barangkali tidak akan mengalami kejang-kejang atau selalu teriak-teriak histeris. Bahkan mereka akan terlihat sehat secara jasmani. Padahal sebenarnya mereka sedang sakit secara rohani. Kadang kala mereka memiliki perilaku yang kejam, bahkan tidak berperikemanusiaan kepada sesamanya. Mereka biasa melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan kebenaran, seperti fitnah, kekarasan, bahkan pembunuhan.
Kuasa Beelzebul juga telah masuk dalam hati manusia dengan cara yang lebih halus, sehingga orang yang kerasukan juga akan melakukan tindakan yang merugikan dan menyakitkan orang lain dengan cara halus, seperti korupsi.
Tuhan memperingatkan kita para umat-Nya melalui Markus 3: 20 – 35, bahwa kita harus selalu waspada terhadap kuasa Beelzebul ini.  Kuasa ini seringkali merasuki manusia dengan cara yang licik. Ia akan terus menerus mencari titik kelemahan kita, supaya ia dapat masuk merasuki kita.
Oleh karena itu, marilah kita sandarkan diri kita sepenuhnya kepada kekuatan Yesus Kristus. Kenapa harus Yesus Kristus?
Alkitab yang adalah Firman Tuhan mencatat, bahwa Yesus Kristus lah yang telah mengalahkan segala kuasa jahat, termasuk kuasa Beelzebul. Jadi percaya dan bersandarlah kepada kekuatan-Nya, maka kita akan menang. Amin. 
Selidikalah aku ya Allah
2 Korintus 4 : 5 – 12

Pemberitaan Injil merupakan tuga setiap orang percaya. Fokus utama dalam pemberitaan, seharusnya  adalah Yesus (Firman Allah yang hidup). Namun sayang, kadang kala masih kita jumpai adanya orang-orang yang terjebak dalam pemberitaan yang berfokus pada diri mereka. Mencari nama, mencari banyaknya jumlah anggota serta popularitas diri adalah salah satu ciri keterjebakan mereka dalam pemberitaan yang kurang tepat.
Melalui Firman Tuhan dalam 2 Korintus 4 : 5 – 12, kita diingatkan oleh Rasul Paulus, bahwa kita harus selalu waspada dan waskitha terhadap bahaya di atas. Paulus mengatakan bahwa kita hanyalah bejana yang rapuh, yang mudah pecah oleh berbagai goncangan dan benturan dalam kehidupan ini.
Namun di sisi lain, Paulus juga mengingatkan kita, bahwa Yesus Kristus (Firman hidup) telah memberikan kekuatan kepada kita masing-masing. Kekuatan itu hanya dapat kita pertahankan selama kita memiliki hubungan yang erat dengan-Nya; selama kita benar-benar mau bersandar kepada kekuatan-Nya saja. Dengan kebersandaran kita kepada Allah, maka akan semakin nyata kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah, bukan dari kita sendiri.
Oleh karena itu, kita perlu mempersilakan Allah untuk terus menerus menyelidiki hati dan pikiran kita, agar niat kita dalam pemberitaan itu terus menerus dimurnikan oleh-Nya. Kalau hal ini kita lakukan, maka niscaya nama Tuhan akan senantiasa dimuliakan dalam tiap pemberitaan yang kita lakukan. Amin.  
MENDENGAR, MELIHAT DAN MEMBERITAKAN

LUKAS 2: 8 – 20

Para gembala mendengar suatu kabar gembira yg dibawa oleh seorang malaikat. Lalu mereka bergegas untuk melihat bayi mungil itu. Mereka takjub, lalu memberitakan hal itu kepada banyak orang. Apa yang terjadi kemudian? Nama TUHAN dimuliakan melalui tindakan mereka.
Sudahkah anda mendengar kabar suka cita itu? Baik melalui khotbah maupun renungan? Dapatkah anda melihat bahwa Allah itu luar biasa?
Ia memelihara  kita, mencukupi kita dan bahkan tidak pernah meninggalkan kita dalam situasi apapun. Setiap minggu kita mendengar khotbah di gereja, tiap hari kita renungan di rumah dan tiap saat kita juga menyaksikan keagungan Tuhan (Yesus) melalui kehidupan secara nyata. Suatu keagungan yang terukir indah di cakrawalanya, atau pada samudra luasNya; pada setiap sudut alam rayaNya. Dan yang terbesar:  pada pengorbananNya di kayu salib. Untuk itu, marilah kita memberitakan bertindak untuk terus memberitakan kasih (Yesus) melalui cara hidup kita, baik melalui kata maupun seluruh segi kehidupan kita. Baik di dalam gereja maupun di luar tembok gereja ~ dalam masyarakat secara nyata. Dengan demikian, nama Tuhan dimuliakan melalui kita. 

6 Pertanyan yang Patut Kita Renungkan

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..

Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .

Pertama...

"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ...
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar... Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. . Sebab kematian adalah PASTI adanya.....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...

"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???" 
Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar... Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"... Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap
kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu... Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan
datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...

"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. .
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu... Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...


Pertanyaan keempat adalah...

"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"

Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...

"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???" 
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"

"(hampir) Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...

senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

Kasih Mendatangkan Pengampunan

Lukas 7:36-50

Nats Alkitab hari ini menceritakan bagaimana seorang perempuan berdosa mengurapi Yesus. Ia menyeka kaki Yesus dengan air matanya serta meminyakinya dengan minyak wangi. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu bukan dalam rangka mencari sensasi atau popularitas, melainkan lahir dari dalam hatinya bahwa ia menyesali dosanya.
Apa yang dilakukan Yesus, juga diluar dugaan para tamu yang datang termasuk tuan rumah yaitu orang Farisi. Barangkali orang-orang itu memiliki harapan bahwa Yesus akan segera tahu siapa perempuan itu, lalu segera mengusirnya. Sebab bagi kebanyakan orang, perempuan berdosa itu sungguh tidak layak bergaul dengan masyarakat, lebih-lebih dengan mereka dan dengan Yesus. Akan tetapi Yesus justru mempersilakan perempuan itu mengungkapkan penyesalan dosanya, menyatakan imannya bahwa Yesus sanggup mengampuninya dengan kasihNya yang besar.
Bagaimana dengan kita? Kita sudah percaya kepada Yesus, namun percaya saja tidak cukup. Iman kita seharusnya membuahkan tindakan nyata dalam mengasihi sesama. Dan dengan kasih itu, kita dimampukan untuk mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, sebagaimana yang diteladankan Yesus kepada kita. 

SIAPA MENABUR ANGIN AKAN MENUAI BADAI

Est. 7:1-6, 9-10, 9:20-22; Mzm. 124; Yak. 5:13-20; Mark. 9:38-50

Pengantar           
          Dalam pepatah Jawa ada ungkapan 'ngundhuh wohing pakarti'. Pepatah Jawa tersebut diambil dari dunia pertanian, yang mana para petani telah belajar apa maknanya hasil pekerjaan mereka menabur benih tanaman. Apabila mereka menabur benih yang baik dan disertai oleh ketekunan atau kerja keras saat menanam, maka pastilah mereka akan menuai buah yang berkualitas tinggi. Sebaliknya jika mereka bertindak sembarangan dan tidak cermat memilih benih tanaman yang berkualitas serta tidak merawat dengan ketekunan maka pastilah hasilnya adalah kegagalan.
Demikian pula halnya dengan makna filosofi “Siapa yang menabur angin akan menuai badai”. Apabila seseorang sengaja menabur angin, dia tidak hanya sekedar menuai angin; tetapi dia juga akan menuai badai. Ungkapan “badai” jelas bukan sekedar kumpulan angin, tetapi menunjuk kepada suatu jenis angin yang berbahaya dan mematikan. Setiap badai akan menyebabkan berbagai kerusakan, penderitaan, kesedihan dan kematian.
Di Hos. 8:7, Allah berfirman: “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung;  dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya”.
Jangan menabur angin, nanti menuai badai!  Yakobus 5 juga menyatakan bahwa di dalam Tuhan semua ada solusinya. Jangan  mengumbar dosa, sebab hal itu menunjukkan bahwa kita tidak beriman dan tidak menghargai pengorbananNya. Hendaklah kita saling mengaku dosa dan saling mendoakan,  menempuh hidup benar sambil menolong yang jalannya sesat, hal itu sungguh menyukakan hati Tuhan. Lebih baik menabur benih-benih kebaikan sebab akan menuai sukacita sorgawi! Kita patut bersyukur sebab dalam hidup ini Tuhan sang pencipta memihak kita, dan selalu siap menolong kita (Mazmur 124).

UJIAN NASIONAL SEBAGAI SARANA MELATIH DIRI

Ujian Nasional (UN) adalah moment yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. UN dianggap sebagai penentu nasib mereka ke depan. Bukan hanya bagi para siswa, UN juga menjadi beban  tersendiri bagi para guru, khususnya guru bidang studi yang di UN kan. Ada rasa cemas tersirat dalam setiap harapan mereka.
Secara manusiawi, ketakutan atau  kecemasan itu wajar. Semua orang memilikinya. Namun sungguh disayangkan, jika perasaan-perasaan tersebut justru memicu sebagian siswa untuk melakukan tindakan yang kurang terpuji, seperti mencontek atau membeli bocoran soal dan jawaban UN. UN memang kurang, bahkan mungkin tidak disukai oleh para siswa, selama masih menjadi penentu kelulusan. Namun bagaimana pun, kita sebagai warga negara yang baik, tentu harus mentaati peraturan pemerintah, khususnya dalam penyelenggaraan UN.
Jika dilihat secara positif, sebenarnya UN ada manfaatnya. Beberapa hal positif yang bisa kita ambil dari pelaksaan UN, antara lain:
Pertama, UN dapat dijadikan sebagai sarana melatih siswa untuk mandiri dan bergiat diri. Kemandirian ini terlihat saat siswa harus mengerjakan sendiri soal-soal yang ada. Bahkan soal-soal itu dipecah lagi menjadi soal  paket A dan soal paket B. Hal ini semakin mendorong siswa untuk benar-benar mandiri, tidak boleh meminta bantuan teman dalam bentuk apa pun. Bergiat diri, berarti mereka harus terus berusaha secara optimal, pantang menyerah, walau berat perjuangan yang dihadapinya.
Kedua, UN adalah salah satu moment untuk lebih mengenal diri sendiri. Tingkat kecerdasan setiap siswa pasti berbeda. Alangkah baiknya jika mereka mulai belajar mengenal diri sendiri jauh sebelum UN, sehingga mereka tahu bagaimana harus belajar mempersiapkan diri. Mereka juga menjadi tahu seberapa kemampuannya dalam menyerap atau memahami bahan pelajaran dalam satu hari. Pengenalan diri semacam ini, dapat menghindarkan siswa terjebak dalam sistem kebut semalam (SKS), yaitu mempelajari semua bahan pada malam menjelang ujian.
Ketiga, UN dapat menjadi moment melatih diri untuk jujur, baik kepada diri sendiri, guru maupun orang tua. Pengawasan yang selama berlangsungnya UN adalah dalam rangka membina siswa menjadi insan yang jujur.  Kejujuran ini sangat penting untuk masa depan siswa. Kecerdasan tinggi, nilai kelulusan memuaskan serta kompetensi yang bagus tidak ada manfaatnya jika tidak dibarengi dengan kejujuran.
Keempat, UN adalah moment bagi kita untuk berserah diri sepenuhnya kepada Yang Ilahi. Melalui UN kita diajar untuk merendahkan hati dan selalu introspeksi diri. Bukan hanya siswa, tetapi juga guru dan orang tua. Selaku siswa, apakah sudah belajar sungguh-sungguh atau hanya asal belajar. Selaku guru, lebih-lebih guru bidang studi yang di-UN-kan tentu akan terasa berbeda makna introspeksinya dibandingkan dengan siswa. Alangkah baiknya jika dalam moment ini mereka mempertanyakan kembali kepada diri sendiri, apakah selama ini sudah memberikan pendidikan dan pengajaran secara optimal atau belum; apakah selama ini sudah memberi diri sepenuhnya bagi siswanya atau belum, seperti perhatian, dorongan/dukungan serta teladan untuk berjuang pantang menyerah. Sebagai orang tua, UN adalah moment untuk melihat kembali ke dalam hati. Apakah selama ini sudah memberi perhatian, dorongan atau semangat  kepada anak-anaknya atau belum. Apakah selama ini sudah mencukupi kebutuhan anak, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan mereka atau belum. Memberikan waktu khusus bagi mereka untuk “curhat” pun bisa menjadi senjata ampuh untuk menggugah semangat mereka untuk terus maju pantang menyerah. Keyakinan mereka bahwa ada orang tua yang selalu menyertai dan memperhatikan mereka, dapat membuat mereka semakin percaya diri dalam menghadapi UN.
Akhirnya, sebagai orang yang beragama, sebaiknya selalu menaruh harapan pada Tuhan. Sebagai guru dan orang tua, janganlah kita bosan mengingatkan para siswa untuk terus berdoa, melandaskan segala usaha dan cita-cita kepada Tuhan Yang Mahaesa. Tanpa berkah-Nya, segala upaya serta perjuangan yang dilakukan untuk menghadapi UN akan sia-sia. Seperti ungkapan yang mengatakan  “ Berdoa dan Bekerja” (Ora et Labora).

MENDIDIK DENGAN HATI

Keberhasilan pendidikan, khususnya di Sekolah tidak hanya ditentukan oleh kemahiran guru dalam mengajar. Namun lebih kepada bagaimana ia mendidik para siswanya. Guru yang baik adalah seseorang yang bisa mengajar sekaligus bisa mendidik para siswanya. Dengan kemampuannya untuk mengajar dan mendidik secara baik, akan dihasilkan anak-anak yang  tidak hanya pandai secara intelektual, namun juga secara akhlak dan keimanan. Pada akhirnya akan menghasilkan generasi penerus yang  arif dan bijaksana.
Mengajar hanya terbatas pada pemberian materi atau bahan ajar, sedangkan mendidik lebih kepada bagaimana sikap dan perilaku guru dalam keseharian. Ia akan menjadi model atau figur teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, mengajar itu penting, namun lebih penting lagi adalah kegiatan mendidik. Mengajar lebih mengarah kepada bagaimana membangun kecerdasan pikiran manusia; membangun manusia-manusia yang  pandai secara intelektual. Kegiatan mendidik lebih condong kepada proses bagaimana menyadarkan peserta didik dapat mengubah dirinya menjadi manusia seutuhnya, baik secara intelektual, spiritual, moral dan sosial. Penyadaran itu tidak bisa dilakukan melalui pengajaran saja, tetapi terutama lewat pendidikan di mana prinsip keteladanan dari sang guru diberlakukan. Tanpa sebuah keteladanan (melalui kata maupun tindakan) yang  baik, seorang siswa yang  nakal akan tetap menjadi nakal, bahkan mungkin akan semakin nakal.
Sebagai pendidik, tentu pernah merasa tidak suka terhadap sikap peserta didik yang nakal dan selalu membuat masalah (ulah). Namun kita harus sangat berhati-hati dalam mengekspresikan perasaan itu. Kita tidak boleh dengan serta merta membentak apalagi menampar anak seperti itu. Kadangkala, siswa yang nakal dan bermasalah, hanya menjadikan kenakalan itu sebagai alat untuk mencari perhatian dari teman atau gurunya. Di sinilah perlunya keteladanan dari seorang pendidik terutama teladan untuk menunjukkan sikap empati.
Para siswa yang sering membuat masalah, seringkali disebabkan oleh kurangnya perhatian, terutama di lingkungan keluarga. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan. Mereka menjadi para pekerja angkatan 59. Pukul 05.00 mereka berangkat bekerja, pukul 21.00 mereka baru pulang. Beruntung kalau mereka masih bisa menyisihkan waktu bagi anak. Faktanya, ada banyak orang tua yang sudah tidak sempat mendengarkan anak, dengan alasan sudah terlalu capek bekerja seharian. Akibatnya, kesempatan mereka bersama anak-anak sangat kurang. Akibatnya kehidupan anak lebih banyak dihabiskan bersama teman-teman, pembantu, televisi atau bermacam-macam mainan kesukaan. Lalu kepada siapa mereka akan curhat ketika mereka memiliki masalah di Sekolah? Kepada siapa mereka akan menumpahkan perasaannya, ketika merasa dijauhi oleh teman-temannya? Apakah pembantu, televisi dan mainan itu cukup sebagai tempat curhat?
            Keadaan seperti ini patut diwaspadai. Jangan sampai anak salah dalam memilih tempat curhat, atau bahkan melampiaskan perasaannya melalui sikap dan tindakan yang kurang terpuji, seperti suka membuat ulah (masalah). Di lain pihak, Pembantu tidak bisa menggantikan posisi orang tua. Kasih orang tua tidak sama dengan kasih pembantu. Acara televisi dan mainan tidak cukup untuk berbagi cerita. Media itu tidak bisa memberikan pendidikan yang memadai bagi anak. Justru sebaliknya, banyak iklan dan acara TV yang tidak mendidik ke arah yang benar. Di sisi lain, kita tidak bisa menyalahkan kondisi di atas. Apalagi sampai menyalahkan orang tua yang karena tuntutan ekonomi harus menjadi pekerja angkatan 59.
            Oleh karena itu, peran seorang pendidik dalam menolong siswanya, terutama bagi yang bermasalah sangat diharapkan. Pengabdian yang tanpa pamrih serta sikap empati seorang guru sangat berarti bagi mereka. Berempati adalah sikap peduli kepada orang lain secara nyata, baik dalam kata maupun tindakan. Guru yang berempati adalah sosok yang murah senyum, ramah, lembut tetapi tegas. Ia tidak akan mudah marah kepada siswa yang membuat ulah. Ia akan mencari tahu mengapa siswa itu begitu; solusi apa yang tepat untuk memecahkan masalah itu.
Marah terhadap hal/tindakan salah dari siswa boleh saja, tetapi jangan asal marah. Kalau guru hanya marah-marah dan menyalahkan siswa bermasalah, tanpa memberi perhatian dan solusi tepat, justru akan menambah beban baginya. Guru yang baik harus tetap memberikan pengarahan dan bimbingan serta kasihnya. Dengan demikian, guru benar-benar bisa berperan menjadi orang tua di Sekolah bagi para siswanya. Ia tidak lagi menjadi sosok yang terlihat galak dan menakutkan. Ia justru akan menjadi sahabat bagi nara didiknya.
Tidak berlebihan jika guru dikenal sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa, yang selalu memiliki semangat untuk mengabdi tanpa pamrih. Dalam dirinya terdapat prinsip luhur bahwa menjadi guru adalah panggilan ilahi. Kalau guru adalah pahlawan, maka ia seharusnya mau berjuang bagi banyak orang, terutama bagi siswanya. Ia mencelikkan mata yang buta pengetahuan, membebaskan mereka yang terbelenggu kebodohan serta memberi tuntunan kepada mereka yang tidak tahu arah tujuan. Ini adalah pengabdian besar dan tidak mudah. Guru yang memiliki empati, tidak akan pernah menjadikan Sekolah sebagai lahan bisnis, melainkan lahan perjuangan untuk membangun generasi muda yang arif dan bijaksana. Guru yang baik tidak hanya menguasai bidang pengajarannya, tetapi juga yang sadar akan tugasnya sebagai pendidik. Ia sadar sepenuhnya bahwa siswanya tidak hanya meneladani apa yang ia ajarkan malalui KBM dalam kelas, tetapi terlebih dari sikap dan perilaku sang guru. Berikan hatimu wahai guru, maka ‘kan kau lihat secercah perubahan pada nara didikmu.  

MENGHILANGKAN RASA KANTUK DAN BOSAN DALAM PELAJARAN.

Mengantuk adalah kondisi yang wajar dialami oleh setiap manusia, termasuk para siswa. Hal itu menjadi tidak wajar jika terjadi pada waktu dan tempat yang tidak tepat, misalnya di dalam ruang kelas ketika Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.
Agar siswa tidak terserang penyakit mengantuk, seorang guru perlu mengantisipasinya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
Pertama: Pada saat memasuki ruang kelas, tunjukkan kepada para siswa bahwa anda adalah seorang guru yang benar-benar mencintai profesi itu. Salah satu cara menunjukkan kecintaan itu adalah dengan senyuman tulus, langkah tegap dan tidak ”loyo”.  Tatapan mata berbinar tanda penuh semangat untuk mendidik. Dalam menjawab salam dari para siswa, ucapkan lah itu dengan jelas dan mantap.
            Kedua: Diskusi Kelompok. Proses pembelajaran dalam kelas akan lebih menarik, jika metode yang digunakan tidak monoton, melainkan bervariasi. Selain model ceramah, guru perlu juga menggunakan model diskusi dalam KBM. Diskusi kelompok akan menjadi menarik jika topik yang dibicarakan menyangkut persoalan yang terjadi disekitar dan di dalam kehidupan para siswa. Topik-topik seperti kenakalan remaja, gaya hidup modern dan keluarga adalah contoh-contoh isu yang dapat disisipkan dalam diskusi. Tugas guru adalah mengarahkan dan membantu siswa dalam mengkorelasikan antara isu-isu yang terdapat di sekitar mereka itu dengan materi yang sedang dibahas. Guru juga perlu mengarahkan mereka untuk dapat mengambil sikap positif sebagai insan terdidik,  dalam menyikapi persoalan yang diangkat dalam diskusi itu. Guru sebaiknya siap sedia memberikan bantuan, jika ada siswa yang menghadapi masalah berkaitan dengan topik diskusi.
Ketiga: Rollplay. Manusia pada dasarnya suka bermain, apalagi anak-anak. Jadi tidak ada salahnya jika guru memakai metode ini dalam mengajar di kelas: Belajar sambil bermain. Permainan yang dapat dilakukan dalam kelas pun beragam. Permainan pesan berantai misalnya, dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan bagaimana proses terjadinya beragam aliran dalam sebuah kepercayaan. Permainan ”Puzzle berlubang” dapat digunakan untuk menyampaikan pesan moral kepada siswa, agar mereka memiliki sudut pandang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru jangan malu untuk mengkoleksi permainan sebanyak mungkin. Jika perlu, guru merancang sendiri permainan yang relevan dengan topik yang akan dibahas dalam kelas.
            Keempat: Cerita Lucu. Tertawa adalah hal menyenangkan dan meyehatkan, bahkan membuat suasana menjadi hidup. Maka dari itu, Guru hendaknya bisa menyisipkan cerita lucu disela-sela KBM. Dengan begitu, para siswa tidak merasa bosan dan mengantuk. Tetapi guru harus tetap bijaksana, jangan sampai mengubah susana kelas menjadi panggung Srimulat, dan menjadikan dirinya sebagai pelawak. Gunakan waktu 2-5 menit untuk melucu sudah cukup.
            Kelima: Berbagi pengalaman. Di sela-sela kegiatan belajar mengajar, guru bisa menyampaikan pengalaman atau cerita. Pilihlah pengalaman atau cerita yang memiliki nilai moral baik. Melalui cerita itu, siswa diharapkan dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Siapa tahu mereka mendapatkan pencerahan dari cerita yang disampaikan guru, sehingga mereka memiliki motivasi untuk lebih giat belajar, untuk lebih mandiri dan tidak manja.
Keenam: Kunjungan. KBM tidak harus berlangsung dalam kelas. Guru dapat membawa mereka untuk melakukan kunjungan di lapangan. Sebagai contoh saat belajar Agama dan sosial, siswa diajak berkunjung ke Rumah Sakit atau panti Jompo. Pada saat belajar simplisia, mereka dapat di bawa ke kebun tanaman obat.
Ketujuh: Penutup. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa yang akan berpendapat mengenai pembelajaran yang dilakukan pada hari itu. Guru sebaiknya memberikan arahan kepada siswa mengenai apa perlunya materi itu dipelajari, bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Tutuplah pelajaran dengan memberikan motivasi sekali lagi kepada mereka. Berikan apresiasi positif kepada mereka, bahwa mereka baik, dan anda  suka bersama mereka dalam KBM hari ini. Ingatkan sekali lagi akan tugas dan tanggung jawab mereka untuk pertemuan yang akan datang (PR, Tugas dan sebagainya).
Melalui metode pembelajaran itu, guru dan siswa akan terbebas dari rasa kantuk. Selain itu, proses pembelajaran menjadi lebih menarik siswa pun antusias. 

GURU: PENDIDIK PROFESIONAL DALAM MENGAJAR

              Ada ungkapan dalam bahasa Jawa: “Guru iku digugu lan ditiru”, yang artinya kurang lebih “Guru itu ditaati dan diteladani”. Seorang guru akan selalu ditaati perkataannya, serta ditiru siswa, apa yang dilakukannya.
Ungkapan ini memiliki makna filosofi yang sangat dalam. Seorang guru tidak hanya menjadi pengajar, yang tugasnya menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya. Ia juga tidak sekedar memenuhi administrasi pengajaran seperti silabus, Prosata (program satu tahun), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) maupun program sertifikasi guru, yang sekarang digalakkan oleh pemerintah. Hal-hal tersebut memang wajib dipenuhi, tetapi itu baru sebagian kecil dari tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar.
Guru yang hanya terpaku pada pengajaran dan pemenuhan tuntutan administrasinya, belum dapat disebut sebagai guru yang bisa digugu dan ditiru. Profesi guru jangan digunakan untuk mencari nafkah saja tanpa mengedepankan pendidikan. Jika ini yang terjadi, maka profesi guru tidak ada bedanya dengan profesi lain seperti kuli. Pada hari Senin sampai Sabtu ia mengajar, tetapi kalau hari MingGU  tuRU. Ia akan kehilangan jiwa keguruannya, bahkan mengingkari jati dirinya.
Profesi guru seharusnya tidak berhenti pada proses pengajarannya, melainkan terus berlanjut pada proses pendidikannya. Memang benar bahwa guru harus menyampaikan pengajarannya secara profesional. Namun itu belum cukup. Dalam ke-profesionalitas-annya,  ada nilai plus yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu keteladanan, integritas yang tinggi, baik melalui kata maupun tindakan. Ia harus memiliki sikap peduli kepada para siswa, rela meluangkan waktunya untuk membantu mereka yang kesulitan dalam pelajaran maupun dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagai seorang yang beragama, guru sebaiknya menyediakan waktu untuk mendoakan para siswanya, terutama mereka yang membutuhkan pertolongan.
Seorang guru tidak sepantasnya menyerah ketika mendapati para siswanya mengalami kemunduran belajar. Ia juga harus bijak dalam menyikapi kenakalan remaja yang muncul. Baginya tidak ada cara lain kecuali ia harus rela bersabar serta bertekun memberi bimbingan dan penyuluhan. Ia tidak boleh mengabaikan atau mengecam begitu saja terhadap siswa yang terlibat di dalamnya.
Dalam kehidupan masyarakat, seorang guru harus memiliki kesadaran tinggi bahwa dirinya adalah seorang pendidik. Sehingga ia pun dapat memberi teladan dalam berkata dan bertindak di tengah masyarakat di mana ia berada. Kesadaran ini seyogyanya masuk dan turut mewarnai seluruh sendi kehidupannya. Dengan demikian, guru itu benar-benar dapat digugu dan ditiru oleh para siswa, rekan kerja serta masyarakat di sekitarnya. Inilah makna guru sebagai pendidik yang sebenarnya, memberi keteladanan melalui kata dan tindakan dalam ke-profesinalitasan-nya.
Begitu banyak tuntutan yang harus dipenuhi seorang guru. Sudah saatnya jika pemerintah memperhatikan kesejahteraan mereka. Sudah sepantasnya pula, jika guru mendapatkan gelar pahlawan, meskipun tanpa tanda jasa. 

1000000 MACAM

Jika anda melihat angka 1000000000000000000000......, apa kesan anda?
blog ini memang untuk menampung macam-macam ide dan aspirasi penulis. Baik itu Pendidikan, renungan, Bisnis, parenting, Filsafat, Teologi dan masih banyak ragamnya.
lalu apa fokus blog ini???
ya............ itu tadi...... 100000000000000000000000.... macam yang beraneka ragam, seperti keragaman dunia ini, keragaman manusia.  Berarti nggak jelas dong???? oo, tentu jelas, JELAS SEKALI malah, yaitu 100000000000000000000.... macam ragam.